Selasa, 08 Juli 2014

Jejak#7 : Keajaiban dataran tertinggi di Tanah Jawa (Dieng Plateau)

Jumat Mubarak bertepatan dengan tanggal 30 Mei 2014, saya dan delapan teman yang lain menuju daerah yang saya belum pernah melihatnya di belahan Indonesia manapun. Perjalanan dari Jogja sekitar 4 jam menuju ke tempat  itu. Perjalanan malam, sekitar pukul 23.00 WIB, membuat  kami terlelap di mobil EFL yang kami sewa. Di Temanggung kami berhenti sejenak menjemput satu teman, jadilah kami besepuluh.

Pukul 03.00 WIB dini hari, Alhamdulillah kami sampai di daerah tujuan. Ada beberapa rombongan lain yang juga berhenti di pangkal  wisata. Disini sangat dingin sekali. Bak di Korea, asap keluar dari mulut kami yang sedang berbicara. Mengencangkan baju hangat dan memakai sarung tangan, saya keluar dari mobil untuk meregangkan otot dan mencari kamar kecil. Saya melihat rombongan lain menghidupkan api untuk menghangatkan diri. Saya juga melihat plang-plang penginapan di sekitar bertuliskan "Dieng Plateau".

Jejak saya kali ini adalah dataran tinggi Dieng. Belum seterkenal tempat wisata alam lainnya, tetapi dataran tertinggi di tanah Jawa ini menyajikan pesona alam yang sangat menakjubkan. Mulai dari tempat pemburuan matahari di bawah langit biru, pemandangan negri atas awan, dan pesona surga alam yang masih tersembunyi lainnya. Masya Allah.

Menjelang subuh, kami mencari mesjid ke arah tujuan wisata pertama. Sesampainya di mesjid, kami turun menuju kamar mandi. Subhanallah, benar-benar dingin. Menjejakkan kaki di lantaipun sudah membuat kami tak berani menyentuhnya sebentar saja. Walaupun demikian, kami tak urung mengambil wudhu walaupun terasa sangat sangat dingin. Kaki saya sampai terasa kaku. Setelah membaca beberapa informasi di internet, benar, dieng merupakan daerah yang sangat dingin, Suhunya mencapai 10-15 derajat Celcius, bahkan bisa mencapai minus derajat Celcius.

Setelah shalat Subuh kami menuju tempat wisata pertama, Bukit Sikunir. Tak disangka, di kaki bukit, banyak wisatawan yang akan bersiap mendaki bukit. Pemandangan sekitar masih sangat gelap. Cahaya matahari belum muncul sedikitpun saat kami masih di kaki bukit. Demi memburu matahari, sang golden sunrise, kami yang ditemani oleh pemandu dengan gagah berani mulai mendaki Bukit Sikunir. Saya sangat menikmati tiap tapak yang saya daki. Walaupun sebelah kiri jurang, saya tidak merasa ada ketakutan saat itu. Sudah hampir sampai. Matahari sudah memberi aba-aba akan terbit dari sebelah timur. Pancaran cahaya yang sangat indah membuat banyak orang tak sabar melihat bola emas itu keluar dari ufuk timur. Sebelum sampai puncak, kami berhenti sejenak menikmati pesona alam yang indah. Pinus-pinus turut menghiasi pemandangan. Siluet gunung sekitar mulai terlihat. Cahaya-cahaya yang malu-malu berpancar dan awan-awan bak lautan membuat saya sangat merindukan negeri atas awan ini.
Negeri Atas Awan Bukit Sikunir
Pendakian ini akhirnya sampai. Masya Allah, Kami berada di puncak bukit Sikunir yang terletak di desa tertinggi Pulau Jawa. Banyak wisatawan yang sudah bersiap-siap mengabadikan pertunjukan alam yang hanya bisa dilihat di tempat-tempat tertentu. Walaupun banyak orang yang menggunakan SLR dan tongsis, kami tetap percaya diri tersenyum di depan kamera digital dan kamera Handphone kami :D.

Tepat pukul 06.00 WIB, bola emas itu keluar perlahan-lahan. Sangat indah. Sangat indah sekali. Saya terpaku melihatnya. Tak henti-hentinya kami memuji sang Maha Pencipta. MasyaAllah. Alhamdulillah. Segala rasa dingin, kaki kaku dan lelah telah sangat-sangat terobati. Saya yang sebelumnya belum pernah melihat sang surya terbit, benar-benar terpana. Tak terlupakan rasa itu. Walaupun saya tidak pernah melihatnya di tempat lain, saya yakin pemandangan ini tak kalah indahnya.
Golden Sunrise (copy)
Setelah kami termanjakan oleh pemandangan golden sunrise, kami langsung menuruni Bukit Sikunir. Di dataran tinggi Dieng masih banyak tempat yang harus kami jelajahi. Hampir mendekati kaki bukit, kami disambut oleh pemandangan telaga kecebong. Subuh tadi, saya tidak tahu kalau ada telaga ini. Karena langit  masih gelap, keindahan telaga kecebong tidak dapat terlihat. Konon, diberi nama kecebong karena bentuk telaga seperti kecebong. Ada juga yang mengatakan bahwa banyak kecebong di dalamnya. Wallahu'alam. Yang pasti, telega tersebut juga memanjakan mata setiap orang yang melihatnya. Disini, kami juga melihat ladang-ladang milik warga. Ladang tersebut banyak di tumbuhi cabai, kentang dan terlihat beberapa pohon carica. Carica merupakan buah khas Dieng. Pohon dan buahnya seperti pepaya, tetapi lebih kecil dan rasanya juga berbeda. Buah carica dijadikan oleh-oleh khas dieng dalam bentuk manisan.

Telaga Kecebong (copy)
Dataran tinggi dieng mempunyai beberapa kawah vulkanik yang masih aktif.  Salah satunya adalah Kawah Sikidang yang merupakan tujuan menarik kami kedua. Tempatnya tidak terlalu jauh dari Bukit Sikunir. Mendekati Kawah Sikidang, pemandangan yang awalnya segar berwarna hijau berubah menjadi asap-asap yang keluar dari bumi. Memang sangat berbeda, kawasan kawah sikidang terlihat tandus dengan asap-asapnya. Bau belerang sudah terasa di pinggiran kawasan kawah sikidang. Di pinggiran kawah, terdapat warung-warung makanan dan tempat parkir. Sesuai rencana, sebelum menelurusi kawah kami sarapan terlebih dahulu. Carica juga dijual disini.  Kami memborongnya sebagai oleh-oleh untuk dibawa ke Jogja.
Carica Manisan Khas Dieng
Setelah perut terasa kenyang, kami lanjut memasuki kawasan kawah. Kawasan ini begitu tandus dan berbukit-bukit. Bau belerang semakin menyengat. Alhamdulillah kami semua sudah antisipasi, kami menolak tawaran para penjual masker. Lalu kami pakai masker yang sudah kami bawa. Tak berapa lama memasuki kawasan ini, kami menemukan ibu2 penjual batu belerang. Mereka mempromosikan kalau belerang dapat menghilangkan jerawat dan menghaluskan kulit. 
Ibu Penjual Batu Belerang (copy)
Hanya saya dan kelima teman yang berhasil menaiki bukit-bukit hingga berjumpa dengan sebuah kawah besar. Teman-teman yang lain merasa kelelahan dan tidak tahan dengan bau yang semakin menyengat. kawah besar yang kami lihat berisi campuran air dan lumpur yang terus menggelegak. Menurut informasi, suhu kolam ini mencapai 98 derajat Celcius bahkan lebih. Sungguh Panas. Di tepi kolam dipasang pagar dan peringatan tidak boleh berdiri di pinggir kawah. Konon cerita, ada pengunjung yang berani berdiri di bibir kawah dan alhasil kakinya terperosok. Ketika diangkat, kakinya meleleh dan hanya tinggal tulang. Seram. Harus ikuti petunjuk!

Ada yang menarik, saya salut dengan bapak penjual telur. Dengan memanfaatkan pagar, bapak itu menempel nama jualannya "telur rebus kawah". Ya benar, telur yang dijual itu direbus di kawah yang menggelegak. Dengan alat seperti pancing, bapak penjual menggikat telur di ujung kail pancingan. Sayang, saya tidak mencicipinya karena teman-teman terus mengajak keliling, tidak mau menunggu telur hingga matang. Tapi, secara kesuluruhan pemandangan alam disini sangat eksoktik. Saya dan teman-teman lain sangat menikmatinya. 

Kawah Sikidang (copy)
Perjalanan kami lanjutkan ke tujuan wisata ketiga. Di balik rimbunnya bukit-bukit dan pepohonan terdapat telaga yang sangt cantik, Telaga Warna. Dengan tiket hanya seharga Rp. 2000, kami memasuki pintu gerbang telaga. Sungguh indah. Indah sekali telaga berwana biru kehijauan yang dikelilingi bukit-bukit ini. Saya merasa tenang disini, pemandangan telaga sungguh menakjubkan. Tiap spot sayang untuk ditinggalkan sehingga kami berlama-lama mengabadikan tempat ini tiap spotnya. Airnya tenang, berwarna biru kehijauan. Beberapa bagian terdapat letupan-letupan air mendidih karena telaga ini mengandung sulfur yang cukup tinggi.
Telaga ini dikenal sebagai telaga yang berwarna-warni. Dari bawah, kami tidak bisa melihat degragasi yang menjadi daya tarik telaga ini. Untuk melihatnya, lagi-lagi kami harus mendaki bukit yang lumayan tinggi, bukit Sidengkang. Penjalajahan dieng dari subuh tadi cukup melelahkan kami. Tetapi, untuk mendapatkan pemandangan yang indah, kami tetap semangat mendaki bukit. Beberapa kali kami berhenti untuk mengumpulkan tenaga. Hingga kami mendengar suara-suara pengunjung, kami semakin bersemangat! Alhamdulillah sampai. Dan benar, kami menemukan telaga ini lebih cantik. Dibawah sana kami melihat hamparan telaga yang dikelilingi oleh pepohohan dan bukit-bukit. Degradasi warna ungu di pingirnya, kemudian bergerak kedalam warnanya menjadi hijau, dan di pusat yang cukup lebar warnanya menjadi hijau pucat kebiruan. Sungguh mempesona. Dari bukit ini, kami juga melihat telaga Pengilon, telaga berwarna coklat yang bisa digunakan untuk berkaca. Masya Allah.
Telaga Warna dan Telaga Pangilon dari Bukit Sidengkang
Dari telaga ini kami lanjut ke tujuan wisata keempat, Gardu Pandang Tieng. Selama perjalan menuju kesini, saya sudah terlelap pulas. Terasa Lelah. Terasa berat untuk bangkit. Tetapi, saya tidak mau meninggalkan pemandangan dari tempat-tempat wisata Dataran Dieng ini. Akhirnya saya bangkit. Di tempat ini, kami bisa melihat hamparan Dieng yang luas. Bukit- bukit, rumah-rumah warga, serta ladang-ladang kentang terlihat dari sini. bangunan sederhana ini biasanya digunakan untuk transit para wisatawan Dieng.
Gardu Pandang (copy)


Pemandangan dari Gardu Pandang (copy)
Setelah ini, kami lanjut ke tempat tujuan wisata terakhir. Kami menuju agrowisata perkebunan Teh Tambi. Perkebunan ini tepat berada di lereng Gunung Sindoro sehingga menampilkan pesona alam yang indah. Udara yang sejuk membuat kami ingin berlama-lama disini, tetapi karena perut mulai lapar dan belum Shalat Dzuhur kami segera pulang. Kami menuju Temanggung rumah salah satu teman, Dinia, sebelum lanjut ke Jogja.
Alhamdulillah, hari ini begitu istimewa. Sekitar pukul 19.00 WIB, saya sudah berada di Kos kembali. ^_^


Muara Enim




9 Ramadhan 1345 Hijriah

Rabu, 02 Juli 2014

Kita Menangkan "Games" di Bulan Ramadhan Penuh Berkah Ini


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Umat muslim telah memasuki bulan yang penuh rahmat dan ampunan. Bulan ini selalu dirindukan. Bulan Ramadhan dimana turunnya Alquran merupakan bulan yang melatih umat muslim menjadi semakin bertaqwa. Jangan sampai kita menyia-nyiakan bulan rahmat penuh ampunan ini sebagai bekal kita di akhirat nanti.

Cuplikan khutbah Rasulullah menyambut Bulan Ramadhan:
" Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA.Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. "

Secara lengkap Khutbah Rasulullah menyambut bulan Ramadhan bisa dilihat di Link ini ya..

Melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan harus sesenang seperti saat kita bermain Mario Bross (games indoor waktu kecil dulu). Bahkan zaman teknologi canggih saat ini, terdapat banyak permainan-permainan berburu koin yang sering dimainkan mulai dari anak kecil hingga dewasa. Ketika bermain games tersebut, kita pasti sangat semangat mengumpulkan poin-poin yang sedang kita mainkan. karena poin-poin yang kita kumpukan itu sampai jumlah tertentu, kita mendapat berbagai bonus contohnya saja bonus nyawa :D. Ada lagi, ketika dipermainan, kita dapat menemukan ikon spesial seperti senjata, kekuatan, de el el yang segera kita kumpulkan.

Waktu kecil, saya suka sekali bermain Mario Bross. Saat itu sekitar tahun '98-an zaman-zamannya Sega dan PS. Karena saya perempuan, saya tidak dibelikan permainan itu. Walupun demikian, saya sering ikut bermain bareng dengan sepupu saya, bang Arif, sampai-sampai tak ingat waktu. Sewaktu SMA, saat itu sudah memiliki komputer, saya tidak menemukan Mario Bross di komputer saya. Setelah mengecek Game House  di komputer, saya menemukan permainan Varmintz. Pasti sudah pernah memainkannya kan? Coba deh lihat di komputer atau laptop? Sudah taukan? Iya benar, permainan yang sudah cukup lama ini menceritakan tentang empat musang yang mengoleksi telur emas dan memelewati beberapa rintangan seperti menghindari mobil, orang, hewan, truk dan tak ketinggalan kereta api. Permainan ini membuat pemainnya terasa sangat gemas dan sayang kalau ada telur emas yang tertinggal. Halangan dan rintanganpun dengan gesit dihindari. Saat ini, tentu banyak permainan berburu koin (poin) yang ada di Laptop, Handphone, Tablet, Ipad, Iphone, de el el yang mudah di akses. 

Begitu juga pada saat Ramadhan, amalan-amalan yang kita kerjakan ibarat poin-poin yang harus kita kumpulkan. Mulai dari ibadah wajib sampai ibadah sunnah. kita harus tahu arena games yang kita lewati. Mulai dari adzan magrib sampai adzan magrib selanjutnya, kita harus tau apa saja amalan-amalan yang bisa kita raih. Seperti games di atas, kita harus semangat kalau ingin mengumpulkan banyak koin. kita harus gesit melawan hawa nafsu kita yang berat untuk melakukan ibadah. Kita juga harus menikmati ibadah yang kita lakukan hingga menghasilkan keikhlasan dan ridho Allah.

Sebagai contoh  "poin-poin yang bisa kumpulkan" (amalkan): 
(Bagi laki-laki dianjurkan selalu Shalat berjama'ah di mesjid) 
  • Salat Magrib berjama'ah dilanjutkan Shalat sunnah Rawatib Ba'diyah, kalau sudah selesai buka dan beres-beres langsung berjalan menuju mesjid sebelum adzan Isya. 
  • Sesampai di Mesjid langsung melaksanakan salat sunnah mesjid.
  • Manfaatkan waktu sebelum adzan isya dengan tilawah Quran.
  • Setelah Adzan Isya, jangan lupa doa setelah mendengar Adzan (kalau belum hafal, segera dihafal ya ^_^)
  • Lanjutkan dengan Shalat sunnah Rawatib Qabliyah, Isya Berjama'ah, dan sunnah Rawatib Ba'diyah.
  • Dengar Tausyiah/ Kultum dengan Khusyuk (Di mesjid dekat rumah saya, selalu ada Tausyiah sebelum salat tarawih)
  • Shalat Tarawih dan witir.
  • Tilawah quran.
  • Sebelum tidur, wudhu dan membaca ayat kursi dan 3 surah terakhir Alquran.
  • Bangun Sepertiga malam, qiyamul lail dilanjutkan dengan tilawah, menambah hafalan, atau Muraja'ah.
  • Membantu/ mempersiapkan Sahur.
  • Sahur dan banyak berdoa di waktu sahur.
  • Memasuki waktu shubuh, menjalankan Shalat sunnah Rawatib Qabliyah dan Shalat Subuh berjama'ah (sangat dianjurkan bagi laki-laki untuk berjama'ah di mesjid).
  • Setelah Shalat Subuh, tilawah sebanyak-banyak, bisa juga menghafal atau muraja'ah, kemudian dilanjutkan dengan membaca wirid (Alma'tsurat).
  • Riyadhoh (olahraga), insyaAllah ini juga bernilai ibadah loh :). Tetapi bukan asmara subuh yang berkedok olahraga, nah lho..
  • Memasuki waktu Dhuha, menjalankan shalat dhuha dengan memaksimalkan jumlah raka'at jika memiliki waktu yang luang di pagi hari. 
  • Sebelum shalat sesaat setelah wudhu, sempatkan shalat sunnah Wudhu. Minimal sekali dalam sehari. Atau kapan saja setelah berwudhu bisa melaksanakan shalat sunnah wudhu. Ini merupakan ibadah yang paling mudah dan ringan karena terdiri dari dua rakaat saja, tetapi ibadah yang mudah ini sering kali kita abaikan. Padahal, Bilal bin Robbah sudah terdengar terompah di syurga karena rutin mengerjakan sholat sunnah wudhu. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepada sahabat bilal: "ceritakanlah kepadaku amal apa yang amat engkau harapkan dalam islam, sebab aku mendengar suara kedua sandalmu di surga? Sahabat Bilal menjawab: tidak ada amal ibadah yang paling aku harapkan selain setiap aku berwudhu baik siang atau malam aku selalu shalat setelahnya sebanyak yang aku suka’’. (HR. Bukhari).
  • Memasuki waktu dzuhur, melaksanakan Shalat sunnah Rawatib Qobliyah, mengusahakan Dzuhur berjama'ah, dan sunnah Rawatib Ba'diyah.
  • Tilawah Qur'an.
  • Memasuki waktu Ashar, melaksanakan Shalat sunnah Rawatib Qobliyah, kemudian mengusahakan Ashar berjama'ah.
  • Tilawah Qur'an.
  • Dzikir/ wirid (Alma'tsurat) petang hari.
  • Memberi ta'jil.
  • Alhamdulillah buka Puasa :D.
Selain amalan-amalan di atas kita harus menggunakan waktu kita sebaik mungkin. Misalnya selalu mengisinya dengan dzikir, selalu beristighfar, membaca buku yang bermanfaat, menShare nasihat yang bermanfaat atau tausyiah di media sosial ataupun SMS, mengisi kegiatan bermanfaat, de el el.

Di Ramadhan ini kita juga harus punya target. Misalanya saja memperbanyak tilawah dengan mengkhatamkan minimal sekali selama ramadhan, menambah hafalan beberapa surat atau bahkan sejuz atau lebih (MasyaAllah), de el el.  Ramadhan adalah bulan dimana alquran pertama kali turun, oleh karena itu mari kita memperbanyak tilawah. Setiap satu huruf yang kita baca dihitung satu kebaikan oleh Allah.
"Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitab Allah maka baginya satu kebaikan karenanya, dan satu kebaikan itu dengan sepuluh perbandingannya, aku tidak mengatakan “alif laam miim” itu satu huruf, tetapi alif itu satu huruf, lam itu satu huruf, dan mim itu satu huruf. (HR At-Tirmidzi)
Alhamdulillah, apalagi dibaca pada saat Ramadhan. InsyaAllah berlipat-lipat pahala yang kita peroleh. Alhamdulillah, MasyaAllah.


Ayo sahabat, kita semangattt..
Kita menangkan "Games" di Bulan Ramadhan Penuh Berkah... :)
Semangat Berburu Pahala di Bulan Ramadhan Penuh Berkah.. :)
Kalau kita aja semangat main games yang belum tentu beroleh pahala, manalagi Ibadah-ibadah di bulan ramadhan yang beroleh pahala berlipat ganda... :D

InsyaAllah selepas Ramadhan ini, kita menjadi insan yang semakin bertaqwa pada Rabbnya, Allah SWT.. Aamiin..


Muara enim



5 Ramadhan 1435 Hijriah

Selasa, 01 Juli 2014

Cahaya itu Mengubah Rasa: Kunang-kunang Malam


Cahaya itu sangat indah di tengah gelapnya malam. Cahaya indah itu bergerak-gerak kesana kemari. Cahaya indah itu berkelap-kelip menyampaikan pesan. Cahaya itu bukan berasal dari benda mati seperti halnya lampu, tetapi cahaya kecil itu berasal dari mahluk hidup ciptaan Allah Swt.

Kunang-kunang diciptakan Allah dengan sempurna dan unik. Allah melengkapi tubuhnya dengan zat kimia khusus, yaitu lusiferin, dan enzim yang disebut lusiferase. Zat-zat tersebut bekerja dan bereaksi dengan oksigen kemudin menghasilkan energi.  MasyaAllah. Kunang-kunang  merupakan penghasil energi cahaya paling efisien yang berasal dari alam.  Hampir 100% energi yang dimilikinya akan disalurkan menjadi cahaya. Hal ini sangat signifikan apabila dibandingkan dengan bohlam yang hanya sekitar 10 % energinya sebagai cahaya dan selebihnya menjadi panas. Karena kunang-kunang tidak menghasilkan panas, maka cahaya yang dihasilkannya sering disebut sebagai cahaya dingin (Luminescence).

Selain terlihat indah, Allah melengkapi cahaya pada kunang-kunang karena memiliki banyak manfaat untuk kunang-kunang itu sendiri. Pada saat larva, cahaya ini dapat melindungi larva dari gangguan predator. Ketika kunang-kunang dewasa, cahaya ini berfungsi sebagai alat komunikasi, salah satunya sebagai sinyal antara jantan dan betina untuk menarik perhatian.

Kunang-kunang tinggal pada tempat-tempat yang lembab, seperti rawa-rawa dan daerah yang dihuni pepohonan. Kita sangat sulit melihatnya ketika berada pada daerah yang didominasi oleh cahaya lampu. Oleh karena itu, saya tidak pernah melihatnya di tempat tinggal saya. Pertama kali saya melihatnya yaitu pada saat saya datang ke kampung ayah saya di Pakpak Barat. Pakpak Barat merupakan daerah yang berada di pegunungan dan tentu saja masih banyak pepohonan yang tumbuh disekelilingnya. Tapi, kunang-kunang yang muncul hanya dua atau tiga saja. Saya tidak melihatnya bertebangan sangat banyak. Walaupun demikian, MasyaAllah, saya sangat takjub sekali melihatnya.

Pertemuan saya selanjutnya yaitu pada saat saya PBL di Desa Kebun Kelapa, Secanggang, Langkat. Selain banyak persawahan dan pepohonan, daerah tersebut masih terdapat sedikit sekali penerangan sehingga saya berkesempatan melihatnya. Dari kejauhan, saya melihatnya terbang di sekitar pohon. Saya terkejut karena saat itu kami baru tinggal di tempat tersebut :D. Setelah dilihat-lihat lagi, dan setelah diyakini teman-teman, benar itu adalah kunga-kunang yang lagi terbang.

Alhamdulillah, satu tahun belakangan, saya hijrah ke Jogja. Di Jogja, senang sekali melihatnya sesering ini. Setiap melewati jalan menuju kos dari merapi, banyak kunang-kunang bertebangan di atas sawah. Mata saya yang mengantuk menjadi tersadar melihatnya. Saya sangat menikmati pemandangan itu di tengah dinginnya dataran tinggi Merapi. Saya juga kaget ketika saya melihat terdapat kunang-kunang  di atas sawah dekat kos saya. Ternyata disini begitu mudah melihatnya. Walau dari kejauhan, hanya melihat cahayanya saja, itu sudah membuat saya takjub dan tersenyum. Betapa indahnya! :)

Namun, ada satu momen yang tak terlupakan...
Saat itu, saya datang ke rumah Mbak Anjas untuk sharing tugas Kuliah. Mbak Anjas salah satu teman di kampus yang paling enak untuk sharing tugas. Walaupun sedang hamil dan sudah memiliki tiga anak, saya selalu kagum dengan semangat kuliahnya Mbak Anjas.. :). Saat itu saya lagi Shaum. Teman-teman satu kos ngajak buka bareng. TetapiMbak Anjas sudah masak spesial buat saya (hehe, KeGeeRan). Saat itu Abad (anak ketiga Mbak Anjas) juga ingin saya lebih lama disana (hehe, Karena sesuatu). Jadi, saya memilih makan malam bareng di rumah Mbak Anjas. :D

Setelah salat magrib dan makan malam, saya izin pulang. Mbak Anjas dan Sakha, Ahsan, serta  Abad (anak-anak Mbak Anjas) mengantar saya ke depan Rumah. MasyaAllah. Karena tepat di depan rumah Mbak Anjas terdapat sawah, banyak sekali kunang-kunang berekalap-kelip yang bertebangan. Saya sampai takjub. Mbak Anjas dan anak-anaknya tertawa melihat sikap saya. Sakha langsung berlari mendekati kunang-kunang, lalu menangkapnya. Dengan semangat, Sakha memberikan kunang-kunang tersebut kepada saya. MasyaAllah, baru kali ini saya melihat kunang-kunang sejelas ini, tubuhnya yang kecil, tetapi mengeluarkan cahaya yang sangat indah. 

Cahayanya membuat saya takjub dan tersenyum. Terima kasih Sakha :)
Alhamdulillah.. Maha Sempurna Allah, Maha Pencipta semua makhlukNya....

Muara Enim



4 Ramadhan 1435 Hijriah