Di siang yang cerah dengan semilir angin, aku dan adik-adik
yang ku sayang karena Allah mengkaji ilmu-Nya.
Di penghujung
halaqoh…
“Alhamdulillah,
baik adik2 kakak yang dirahmati Allah, sebelum kita tutup, minggu depan kita
tetap ngaji dengan waktu yang samakan?” Tanyaku.
“Iya kak, kami
semua insyaAllah kalau tidak ada urusan mendadak bisa hari dan jam seperti hari
ini kak,” jawab amiroh dari lingkaran itu.
“Ya sudah,
jangan lupa targetan mutabaah yaumiyahnya ditingkatkan ya, apalagi hapalannya,
insya Allah dengan usaha kita yang sungguh-sungguh Allah akan mempermudah. Baik
adik-adik kita tutup dengan doa penutup majelis”
***
Tahun ajaran
ini, pertama kalinya aku menjadi salah
satu pementor adik-adik mahasiswi baru. Alhamdulillah, salah targetku yaitu
menjadi akhwat tercapai. InsyaAllah yang ditandai dengan menutup hijab tubuh
secara utuh dan memiliki binaan, kumulai langkah ini.
Aku mahasiswi
fakultas kesehatan USU. Setiap ajaran baru, Alhamdulillah dengan diberinya
kebebasan tidak seperti puluhan tahun yang lalu, fakultasku dan fakultas
lainnya di USU melaksanakan mentoring agama islam untuk mahasiswa baru, ada
yang dimulai dari semester pertama maupun semester kedua disesuaikan dengan
mata kuliah agama maaing Fakultas. Dan kakak senior mulai dari tingkat II sudah
bisa menjadi pementor. Para calon pementor harus memenuhi persyaratan dan
mengikuti seleksi. Aku sadar di tingkat
II aku belum memenuhi persyaratan. Alhamdulillah di tingkat III ini aku diberi
hidayah untuk memenuhi persyaratan yang diajukan.
Perjalanan awal
menjadi kakak binaan memang sangat mengesankan. Ada adik yang sangat semangat
namun ada pula yang tidak terlalu sungguh-sungguh mengikuti pengajian ini. Hal
itu tidak membuat aku surut karena halaqoh yang kumiliki awal-awalnya dulu juga
seperti ini bahkan pernah hanya 2 orang
saja. Aku ingin seperti murabbiku dulu, yang selalu semangat dalam
menegakkan Kalimatullah.
***
Hari ke hari tak
terasa dilalui, hari ini agenda yang tidak bisa ditinggalkan yaitu mengisi
halaqoh. Materi hari ini adalah Ma’rifaturrasul.
Alhamdulillah adik-adik yang datang 6 orang berarti ada 3 orang yang tidak
hadir.
“Assalamulaikum
warahmatullahi wabarakatuh,” salam dari moderator halaqoh hari ini, Ayu.
“Wa’laikumsalam
warahmatullahi wabarakatuh,” jawab kami semua.
Setelah itu
agenda selanjutnya dan sampai akhirnya diskusi.
“Terima kasih ya
kak, atas materi yang kakak sampaikan. Itu membuat saya tergugah dan
mudah-mudahan teman yang lainnya. Misya mau tanya kak, tapi sedikit lari. Kak seperti yang kakak
bilang begitu baiknya akhlak Rasulullah, begitu jujurnya beliau, hingga banyak
yang tersentuh hatinya untuk hijrah ke jalan Allah. Seperti yang kakak
contohkan tadi, misalnya, Mushab bin ‘umair yang rela meninggalkan segala
kekayaan bahkan meningkalakan ibu yang dicintai demi ajaran yang dibawa Rasullah
yaitu mengesakan Allah. Apakah kita sekarang yang sudah islam masih dituntut
untuk berhijrah?” Tanya misya sambil melihat catatan2 yang ditulisnya , adik
yang selalu semangat mengikuti mentoring. Pertanyaannya membuatkanku tertegun.
Teringat beberapa minggu, bulan bahkan tahun lalu sebelum aku berhijrah
mendapat hidayah dari Allah untuk mendalami islam secara utuh.
“Syukron Misya
atas pertanyaannya, pertanyaan nggak lari kok. Kakak senang sekali pemikiran Misya
sampai sejauh itu. Baiklah adik-adik kakak akan menjawab pertanyaan Misya.
Hijrah artinya berpindah. Berpindah maksudnya berpindah ke tempat yang lebih
baik. Tujuan diutusnya Rasul adalah untuk mengesakan Allah seningga akan
menjadikan manusia menjadi makhluk yang lebih baik. Nah kita sekarang sudah
islam, sudah beriman kepada Allah. Tetapi apakah keimanan kita benar-benar
terjamin. Memang kita tidak bisa menghitung sejauh mana keimanan kita, tetapi
kita bisa lihat bagaimana keyakinan kita terhadap Allah, terhadap takdir dan
kehendakNya, apakah kita selalu bergantung padaNya. Serta apakah kita berusaha
selalu mengerjakan perintah dan menjauhi laranganNya. Jadi kita diharapkan
dapat selalu berhijrah, maksudnya disini adalah menjadi lebih baik karena Allah.
Contoh pertama, misalnya kita berhijrah dari yang tidak memakai jilbab kemudian
memakai jilbab. Kapan dulu adik-adik
pertama kali pakai jilbab?,” tanyaku pada mereka agar ada respon dari
penjabaranku yang cukup panjang.
“kalo retno
kapan dik?”
“sejak SMA kelas
2 kak.”
“Alhamdulillah,
memang rata-rata wanita baru memiliki kesadaran memakai jilbab sejak SMA,
tetapi seharusnya ketika dia sudah baligh atau datang bulan pertama kali sudah
diwajibkan menuntup auratnya. Semua itu karena hidayah Allah, karena ada orang
yang baru tersadar memaknai kewajiban memakai jilbab ketika sudah berumur 30-an
atau lebih. Itu contoh kecil dari hijrahnya kita kea rah yang lebih baik
tentunya. Masih banyak contoh-contoh lain mungkin adik-adik merasakannya.”
“Kak, mengenai hal
tadi, maaf kak Rini ingin bertanya mengenai hijrah kakak seperti sekarang ini,
kakak sudah menutup aurat secara baik menurut Rini yang dikenal sebagai Akhwat
gitu, gimana kak ceritanya. Manatau itu bisa menjadi inspirasi kami kak?”
Subhanallah, Ya
Allah bantu hamba menjabarkan jawaban Rini.
“Rini,
pertanyaannya mencari jawaban yang realistis ya dik?” tanyaku sambil tersenyum
padanya dan dia pun jadi menunduk malu.
“Tidak apa-apa
dik, kakak senang kok atas pertanyaan Rini. Kakak hijrah, InsyaAllah berusaha
memahami dan mengaplikasi islam secara mendalam, sejak semester ini. Sebenarnya
kakak sudah mulai punya pengajian seperti ini sejak SMP dan SMA, meskipun
terputus-putus. Tetapi hidayah itu belum hadir, kakak masih saja bandal.” Aku
tersenyum mengatakan “bandal”.
“Selain memang
Karena dulu kebanyakan teman-teman kakak sama seperti kakak sehingga tidak ada
yang memotivasi untuk berhijrah, tetapi sekarang sejak pertama kali masuk,
Alhamdulillah, kakak bertemu dengan senior-senior yang selalu memotivasi untuk
lebih baik. Kemudian kakak juga menemukan teman seperjuangan yang tergerak
hatinya untuk berubah menjadi Hamba Allah yang lebih baik. Namun proses ini
berlangsung lama.”
***
Hari ini jadwal
aku dan mahasiswa baru lainnya menyususun jadwal kuliah semester pertama
di PSI atau Pusat Sistem Informasi.
Setelah selesai, aku keluar kemudian sampai digerbang ke arah gelanggang aku
bertemu dengan kakak senior yang ingin membagi stiker organisasi sebagai
program penyambutan mahasiswa baru kepada junior.
“Assalamualaikum,” salah satu kakak di kumpulan itu menyapaku
dengan penuh senyum.
“Wa’alaikumsalam,”
jawabku
“Tadi dari dalam
ya? sudah selesai dik nyusunnya?” tanya kakak itu lagi.
“Alhamdulillah
sudah kak.” Jawabku kembali
“Siapa dik
namanya? Nama kakak Rini, kakak yang ini Yanti dan yang ini Zanila. Adik dari
fakultas apa?” tanya kakak yang lainnya kepadaku juga dengan ramah.
“Nama saya Aqsa
kak. Aqsa dari Fakultas Kesehatan.” Jawabku berharap salah satu kakak tersebut
ada yang berasal dari fakultas yang sama denganku.
“O, ini kak
Zanila dari Fakultas Kesehatan juga,” jawab kak Rini dengan cepat
“Iya kakak dari
Fakultas Kesehatan Dik. Nomor Hp Aqsa berapa Dik?” jawab kak Zanila dengan
sangat lembut.
“Wah senang
sekali kak, kakak pertama kali senior yang Aqsa lihat. Ini Nomor Hp Aqsa kak.”
Jawabku sambil menunjukkan nomor Hpku yang ada di Hpku sendiri. Kemudian kak Zanila langsung
memanggil Nomor Hpku.
Alhamdulillah,
aku punya senior yang sangat ramah. Aku juga menyimpan nomornya. Hari ini
beruntung, selain ketemu dengan kakak senior, urusan di kampus juga sudah
selesai.
Beberapa minggu
di kampus baruku sudah kulewati. Masa-masa Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB)
juga sudah dilewati. Alhamdulillah di kampusku tidak ada sistem penindasan
terhadap junior. Kegiatan kami pada saat itu seminar di dalam auditorium dan di
akhiri dengan inagurasi di Sibolangit.
Hari ini ada
keputrian di mushala kampusku. Kak Zanila selalu memberI informasi akademik dan
juga informasi kalau ada pengajian atau keputrian. Kak Zanila juga mengenalkan
aku dengan kakak yang lainnya. Aku jadi semakin betah disini. Setiap hari Jumat
BKM mengadakan keputrian pada jam shalat jumat. Aku sering mengikuti keputrian
tersebut karena dulu aku fikir tidak ada ruginya ikut keputrian malah bisa
menambah pengetahuanku. Ditambah lagi acara keputrian sering ada games dan doorprice. Memang jiwa anak-anakku masih ada. Namun, benar juga,
untuk menghilangkan kebosanan perlu diadakan hal-hal seperti itu agar menarik.
Hari ini temanya
tentang ukhuwah. Jadi yang aku tangkap pada saat itu adalah selalu mengucapkan
salam terhadap saudara seiman ketika bertemu maupun saat mau berpisah, bukan
menyebut hallo atau yang lainnya. Karena dengan mengucapkan salam berarti kita
telah mendoakan kebaikan buatnya.
Setelah
keputrian, aku solat dzuhur. Pukul setengah dua siang aku ada jadwal kuliah.
Alhamdulillah tidak telat karena tadi kusempatkan untuk makan siang. Ketika di
kelas aku memilih duduk dekat dengan tiga orang teman baru. Sebelum dosen masuk
ku sempatkan untuk berkenalan dengan mereka. Aku belum terlalu mengenal mereka
karena teman-teman yang kukenal pada saat PMB berlainan kelas denganku.
“Assalamualaikum,”
sapaku terhadap mereka yang semuanya memakai jilbab, sekalian mengaplikasikan
ilmu yang baru kudapat.
“Wa’alaikumsalam,”
jawab mereka.
“Disini nggak
ada orangnyakan?” tanyaku basa-basi.
“Nggak ada. Nama
kamu siapa?” tanya salah satu dari mereka yang kelihatan paling ramah.
“Oh iya kenalin
namaku Aqsa,” kujawab sambil menyalami mereka satu persatu.
Mereka
memperkenalkan dirinya masing-masing. Yang paling ramah tadi benama Riri, dan
dua lainnya bernama Yesi dan Novi. Setelah
itu kami banyak cerita tentang diri masing-masing.
Setelah kuliah
sudah selesai aku berencana pulang dengan Riri, kebetulan kos kami searah.
“Ri, kita pulang
bareng ya?”
“Lho, kan lebih
dekat dari depan Sa? Bisa naik angkot lagi.” Jawabnya
“iya Ri. Memang
biasanya Aqsa dari depan. Tapi mau sekalian ketemu teman di Sumber.”
“Ok. Yuk kita langsung
pulang,”
Kami jalan
bersama menuju Sumber. Sumber adalah salah satu pintu masuk selain pintu utama
(pintu 1, 2, 3, dan 4) dan pintu dari kampung susuk. Sesampainya di sumber aku
meminta Riri menemani aku bertemu dengan dia.
“Uda mau
berangkat Dra?” tanya ku pada dia.
“Ya ini sebentar
lagi Sa.” Jawabnya
“Oh iya, Ri
kenalkan ini Hendra, Hendra kenalkan ini Riri teman sekelas Aqsa. Kebetulan
kami satu arah jadi pulang bareng.”
“Hendra fakultas
apa?” tanya Riri
“Aku fakultas
Fisip.” Jawab Hendra dengan senyum.
“Jadinya Hendra
inagurasi kemana? Jadi ke Perapat? Berapa hari Dra?” tanyaku perhatian kepanya.
“Iya Sa, kami
jadi ke perapat. Kata senior tiga hari. Mudah-mudahan aja acara disana
mengasyikkan.”
“Oh, ya uda.
Hendra baik-baik ya disana.”
Setelah itu kami
berpisah dengan Hendra. Kemudian kami melanjutkan jalan pulang.
“Kalau boleh
tahu itu siapa Ri? Pacar kamu ya?” tanya Riri penasaran.
“Iya Ri, dia
pacar Aqsa sejak SMA.” Jawabku malu-malu
“Oh, pantesan
kalian agak malu-malu. Tapi tadi kok banyak diamnya.”
“Mungkin karena
uda sering jumpa dulu ya waktu SMA.” Jawabku sambil ketawa, “tapi sih Aqsa dan Hendra
memang gak terlalu banyak bicara apalagi Aqsa.”
“Oh, uda lama ya
pacarannya? Kayaknya asyik tuch ceritanya.”
“Iya sejak kelas
I semester 2 Ri. Beneran nih mau diceritain?”
“Mau dong.”
“Ya gak panjang-panjang
banget sih ceritanya. Kami pacaran dari kelas I semester 2. Dan kelas II kami
satu kelas. Semenjak sekelas kami jadi dekat. Bahkan waktu itu, sejak semester
1 sampai kelas III Aqsa dan Hendra selalu jadi juara 1 dan 2.”
“Siapa yang
juara 1 Sa?”
“Aqsa dong.”
Jawabku sambil tertawa dan sedikit bangga. “sehingga seantero sekolah tahu kalau
kami pacaran. Tapi kami sering dicandai teman kalau lagi duduk berdekatan kami
banyak diamnya. ‘gak ada pulsa ya Dra?’ Kata mereka sambil tertawa.”
“Oh gitu ya ceritnya
Sa. Ya mudah-mudahan deh yang terbaik buat kalian.”
“Iya, makasi ya
Ri. Kita gara-gara cerita jadi berhenti dipinggir jalan ya?” jawabku sambil
senyum. “Kos kamu dimana Ri, katanya depan Sumber?”
“Itu, gang di
seberang sana. Riri tinggal nyebrang aja. Kamu Sa?”
“Aqsa jalan lagi
kesana. Ya uda Ri, terima kasih ya sudah menemani Aqsa.”
“Assalamualaikum,”
sambil malu-malu kami megucapkan kata salam bersama. Ya aku tahu Riri tadi juga
ikut keputrian di Musala tadi. Kami sudah mulai mengaplikasi ilmu yang kami
peroleh bersama.
Dengan serempak
pula kami menjawab salam, “waalaikumsalam.”
Itulah kisah
pertama aku dengan sahabatku. Memang ada getar-getar itu, antara aku dan
Sahabatku. Padahal baru kenal tetapi karena keimanan yang akan menyatukan kami,
kami seperti sudah kenal sejak lama. Dia juga pertama orang yang tahu tentang Hendra,
sehingga aku selalu cerita dan berbagi tentangnya ke Riri.
Berbulan-bulan
aku sudah kuliah. Aku juga mengikuti dan Riri UKMI di fakultas kami dan juga bersama-sama
mengikuti LDK USU sejak semester pertama. Kakak senior juga selalu memberi ilmunya
kepada kami. Terlebih kak Zanila. Dia benar-benar sangat lembut. Walau pendiam,
tetapi diamnya memberi kharisma buatnya. Dalam diamnya dia banyak memikirkan
keadaan orang lain.
Pemahamanku
tentang islampun kian bertambah. Aku
mulai berubah perlahan demi perlahan. Begitu pula dengan Riri. Banyak kisah
yang kami lewati begitu mengesankan. Walaupun dia tidak pacaran tetapi
seakan-akan dia menunggu aku untuk berhijrah. Aku juga sadar bahwa pacaran itu
tidak dibenarkan dalam islam. Dalil tentang
hal ini banyak sekali diantaranya adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla :
وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan seburuk-buruk jalan”. (Al Isra’ [17] : 32).
Berkaitan dengan ayat ini seorang ahli tafsir Syaikh Abdurrahman bin
Nashir As Sa’di –rahimahullah- mengatakan dalam tafsirnya,
“Larangan mendekati suatu perbuatan nilainya lebih daripada
semata-mata larangan melakukan suatu perbuatan karena larangan mendekati suatu
perbuatan mencakup larangan seluruh hal yang dapat menjadi pembuka/jalan dan
dorongan untuk melakukan perbuatan yang dilarang”.
Kemudian Beliau –rahimahullah- menambahkan sebuah kaidah yang
penting dalam hal ini,
“Barangsiapa yang mendekati suatu perbuatan yang terlarang maka
dikhawatirkan dia terjatuh pada suatu yang dilarang”.
Dahulu karena alas
an pacaran inilah yang membuat aku tidak lulus syarat menjadi pementor di
fakultasku. Alhamdulillah hidayah itu telah datang. Aku memantapkan niatku
untuk memilih jalan dakwah ini. Di awal semester V kumantapkan hatiku untuk
tidak melanjutkan hubungan yang belum saatnya ini. Pada saat itu aku ingin
memilih untuk menikah dengannya. Karena aku pernah mendengar nasihat ‘kalau
memang sanggup menikahlah, kalau tidak putuskan’. Ketika aku utarakan isi
hatiku, namun dia belum sanggup untuk sekarang. Dan ketika ku bilang untuk
mengakhiri hubungan ini, Alhamdulillah dia mengerti. Aku sadar pada awalnya
memang terasa berat. Setiap mengingat kenangan dengannya aku menangis. Ketika aku pulang ke kampung selalu
ada saja yang menanyakan tentang nya. Tetapi betapa bodohnya aku. Ada Allah
disampingku. Ada sahabat didekatku. Ada Allah yang jika aku mencintainya
cintaku takkan bertepuk sebelah tangan. Berbeda ketika aku mencintainya, banyak
kecemburuanku kepadanya. Bahkan aku selalu menjadi beban pikirannya karena aku
terlalu cemburu, banyak memakan waktunya karena aku sangat sulit untuk
mengutarakan apa yang aku rasa. Anjuran Allah itu memang benar, betapapun kami dekatnya, yang hanya
kebanyakan menimbun dosa dan membuat hati semakin keruh, kalau kami tidak
berjodoh, maka Siapa yang bisa menghalangi kehendakNya, kami tidak akan
berjodoh.
Ada Sahabatku
yang kian hari seperti Bidadari Surga, selalu menyejukkan hatiku. Kamipun
hanyut dalam DekapanNya. Begitu pula dengan amanah-amanah dakwah. Itu semua
menghilangkan lara di hatiku. Karena sibukanlah diri kita dengan hal yang
bermanfaat karena Allah, kalau tidak pasti ada saja yang akan kita sibukkan
namun itu sia-sia. Itu pesan Murobbiku dulu.
Alhamdulillah.
Kampus ini menjadi pesantren bagiku. Senior bagaikan ustadz dan ustadzahku,
ukhuwah bagai pelajaran buatku, dan amanah bagai tugas yang membuatku semakin
terlatih. Aku berharap adik-adikku ini juga menjadi jundi-jundiMu ya Rabb… Amiin
ya rabbal’alamiin…
***
Tak terasa Aku
sudah terlalu panjang menceritakan kisah yang semoga menjadi ibroh buat
adik-adik.
“Maaf Dik,
kepanjangan ya cerita kakak?”
“Subhanallah ya
kak, Juri jadi terharu mendengar cerita kakak.”
“Iya Dik, ketika
kakak berusaha untuk berubah, memang terasa berat. Tapi semua itu bisa kakak
lewati ketika semuanya kakak serahkan sama Allah. Dan memang perubahan itu
lebih baik sedikit demi sedikit. Laa
yukallifullahu nafsan illawus’ahaa, Allah tidak membebani suatu kaum melainkan
sesuai kesanggupannya.”
Ya
Allah jikalau memang Kau takdirkan dia sebagai insan terbaik dariMu…
Jauhkan kami sejauh-jauhnya…
agar kelak saat pertemuan nanti, benih rindu ini dapat terlerai dan tumbuh menjadi cinta suci yang Kau ridhoi…
Tapi….
Jikalau ternyata dia bukan yang Kau pilihkan buatku…
Dekatkan kami…
Dekatkan sedekat-dekatnya pada cinta dan kasihMu…
Agar terhijab hati ini dari zina yang membuatMu murka…
Kumohon…
Sampaikan maafku pada seseorang yang Kau pilihkan untuknya…
Maaf…
Karena sebelum kehadiranya…
Aku telah lancang mengisi hati kekasihnya…
Jauhkan kami sejauh-jauhnya…
agar kelak saat pertemuan nanti, benih rindu ini dapat terlerai dan tumbuh menjadi cinta suci yang Kau ridhoi…
Tapi….
Jikalau ternyata dia bukan yang Kau pilihkan buatku…
Dekatkan kami…
Dekatkan sedekat-dekatnya pada cinta dan kasihMu…
Agar terhijab hati ini dari zina yang membuatMu murka…
Kumohon…
Sampaikan maafku pada seseorang yang Kau pilihkan untuknya…
Maaf…
Karena sebelum kehadiranya…
Aku telah lancang mengisi hati kekasihnya…